Di saat perkembangan zaman dan teknologi yang kian membuncah, ada satu wilayah yang sama sekali nggak terpengaruh sama hal ini. Sebuah kawasan yang kini jadi sorotan hampir seluruh dunia karena keindahan dan kedamaian yang ditawarkannya. Adalah sebuah desa termasyur dari Pulau Dewata, Desa Penglipuran. Siapa sih yang tak kenal desa ini?
Buat kamu yang sudah atau belum tahu tentang desa ini, Travel akan berikan ulasan singkat tentang Desa Penglipuran yang kian hari kian ramai dikunjungi. Kamu wajib dateng ke sini.
Apa sih Desa Wisata Penglipuran itu? Yuk, kenalan secara lebih dekat dulu, yuk!
Desa Penglipuran merupakan salah satu desa adat yang telah berkembang menjadi desa wisata yang sangat ramai dikunjungi para wisatawan, lokal maupun mancanegara. Bahkan, pada awal penetapannya desa ini sebagai desa wisata, turis asing-lah yang sering memadati desa yang terletak di Bangli ini.
Awalnya, desa ini hanyalah sebuah desa yang ingin mempertahankan kebudayaan nenek moyang, leluhur. Tapi pada sekitar tahun 1990, mahasiswa Udayana melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan meninggalkan jejak berupa pembangunan taman-taman kecil dan penataan lingkungan, yang kemudian pada tahun 1991/1992 ada beberapa wisatawan yang mengunjungi desa ini. Sementara, Dinas Pariwisata Daerah belum mengeluarkan kebijakan apapun atau sumbangsih untuk mengelola kawasan ini. Barulah dari sini sesepuh dan para pemuda bersama perwakilan dari pemerintah daerah dan kota bermusyawarah untuk mengembangkan potensi pariwisata yang ada di Desa Adat Penglipuran. Dan akhirnya pada tahun 1993, desa adat ini ditetapkan sebagai Desa Wisata Penglipuran dengan Surat Keputusan (SK) Bupati No.115 tanggal 29 April 1993.
Serba serbi Desa Wisata Penglipuran yang perlu kamu tahu. Dari tata ruang desa hingga jumlah populasi
Desa Penglipuran berasal dari akronim kata pengeling dan pura yang berarti mengingat tempat suci (para leluhur). Awalnya, masyarakat desa ini berasal dari Desa Bayung Gede, Kintamani, yang bermigrasi permanen karena suatu hal ke desa Kubu Bayung, yang kini menjadi desa Penglipuran. Nah, di desa inilah mereka akhirnya menetap dan menjaga kearifan kebudayaan mereka.
Untuk tata ruang desa, setiap rumah memiliki sebuah pintu gerbang yang disebut Angkul-angkul. Semua rumah di desa ini seragam tapi tak sama. Nyaris mirip. Sementara untuk ukuran, memang sama persis. Nah, desa yang berada di ketinggian 700 mdpl ini tercatat memiliki 985 jiwa dalam 234 keluarga pada catatan sensus awal tahun ini. Mereka tersebar di 76 pekarangan yang terbagi rata di setiap sisinya dari total 112 hektar.
Nggak perlu bingung untuk menuju ke sini. Desa ini cukup strategis kok sebagai tempat wisata
Desa ini terletak sejauh 45 km dari Denpasar, tepatnya berada di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali. Untuk menemukan desa ini nggak terlalu susah. Apalagi kamu yang bervakansi dengan menggunakan jasa tour & travel, pasti mereka menyediakan paket mengunjungi desa ini. Buat kamu yang backpacker, lokasi ini nggak jauh kok dari Kintamani atau Gunung Batur.
Menikmati keindahan pedesaan yang jauh dari ingar bingar modernitas. Ubud cukup menarik, tapi Penglipuran jauh lebih asyik!
Mungkin kamu sudah bosan kalau ke Bali hanya mengunjungi pantai, pantai, dan pantai lagi. Kalau kamu mencari hal unik lain dari Bali seperti liburan yang jauh dari keriuhan modernitas, kamu bisa menyempatkan dirimu untuk ke Ubud. Vakansi ke Ubud bisa dibilang cukup jauh dari ingar bingar modernitas. Tetapi, untuk beberapa hal, Ubud belum memenuhi kriteria sebagai pedesaan asri yang sangat alami untuk dikunjungi.
Berbeda dengan desa wisata Penglipuran. Di sini, kamu akan menemui keindahan pedesaan yang sangat jauh dari arus lalu lintas peradaban yang sangat modern di Bali. Penataan dan atraksi desa wisata yang sangat apik membuat desa ini sangat tepat buat kamu yang ingin meninggalkan penatnya perkotaan dan menyegarkan pikiran dari kerasnya perkembangan zaman. Adeeeem bener!
Bukan menolak peradaban, desa ini sangat menghargai kebudayaan. Buktinya, desa ini pernah mendapatkan penghargaan Kalpataru dan desa terbersih di dunia!
Di awal peresmiannya sebagai desa wisata, Penglipuran mendapatkan penghargaan Kalpataru. Sebab, masyarakat setempat dianggap mampu menyelamatkan lingkungan. Mereka mampu mempertahankan dan memelihara 75 hektar hutan bambu dan 10 hektar vegetasi lainnya yang menjadi ciri khas desanya. Selain itu, masyarakat di desa ini juga mampu mempertahankan adat budaya para leluhur dan juga tata kota serta bangunan tradisionalnya. Hal inilah yang membuat Penglipuran diganjar dengan Kalpataru pada tahun 1995.
Penghargaan terbaru yang disabet berasal dari TripAdvisor berupa The Travellers Choice Destination 2016. Meski sebenarnya penghargaan ini dijatuhkan pada Pulau Dewata sebagai pulau kedua terbaik setelah Kepulauan Galapagos di Ekuador, nama Desa Wisata Pengliburan pun kerap diperbincangkan. Hingga akhirnya, desa ini dinobatkan sebagai desa terbersih di dunia bersama desa Desa Terapung Giethoorn di Provinsi Overijssel Belanda, dan Desa Mawlynnong yang ada di India.
Apa yang bisa kamu dapatkan di desa ini? Pengetahuan dan pengalaman yang nggak bisa kamu lupakan!
Apa yang bisa kamu dapatkan dari desa ini? Banyak! Atraksi yang ditampilkan pada desa wisata ini sangat apik. Artinya, desa yang pada tanggal 10 Mei kemarin berulang tahun ke-812 tahun ini telah memenuhi kriteria sebagai desa wisata. Karena desa ini menyuguhkan kehidupan keseharian penduduk setempat dengan setting fisik lokasi desa dan integrasi wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti kursus tari, mempelajari kebudayaan Bali tempo dulu, kepercayaan, kehidupan sosial, dan masih banyak lagi kegiatan yang bisa kamu lakukan di desa ini.
Nah, itulah serba serbi Desa Wisata Penglipuran yang bisa kamu kunjungi. Bagaimana, tertarik untuk mempelajari kebudayaan masyarakat Bali di desa terbersih di dunia ini?
0 komentar:
Posting Komentar