Di bangku taman sebelah selatan di bilangan Jakarta Timur, ada seorang perempuan yang terkesan anggun dengan senyum di ujung bibir serta berpembawaan tenang. Katanya, tipe perempuan seperti ini dapat membuat para pria merasa teduh berada di sekitarnya. Sedangkan saat menengok ke ujung timur, ada sesosok perempuan sedang tertawa lepas dengan pembawaan ceria. Menurut sebagain orang, perempuan tipe kedua mampu membuat para pria merasa senang di sisinya.
Ahhh…. perempuan memang banyak macamnya, tapi berdasar kepribadian ya hanya ada dua,introvert dan ekstrovert. Misterius, tertutup dan susah buat diajak hura-hura. Mungkin begitulah pandangan hampir kebanyakan orang ketika berhadapan dengan seorang introvert. Tak terkecuali para lelaki yang tak sengaja jatuh hati pada mereka dan sedang bingung bagaimana cara mendekatinya.
Nah, kamu para lelaki, melalui artikel ini Hipwee akan menjawab dan memberi bocoran bagaimana menghadapi gebetanmu yang sangat minim kata-kata. Boro-boro mau diajak membangun kenangan manis bersama, dia saja nampaknya malas buka suara. Jangan pergi ke dukun dulu untuk membuat mereka membuka hatinya, coba tilik sebentar ulasan Hipweeberikut ini deh. Siapa tahu kamu jadi makin semangat buat deketin si dia.
Kami nggak menyukai sesuatu yang frontal. Jadi tolong, jangan buat kami menghindar di awal
“Aku lebih suka cara PDKT yang nggak terlihat kalau dia sedang PDKT. Soalnya, kalau didekati secara langsung dan dia benar-benar terlihat modus, aku bakal langsung ilfil dan mundur teratur.” (Ranti, 24)
Kami, para cewek introvert, lebih memilih mengenali calon pasangan dengan berteman lebih dahulu. Jadi, lebih baik make it slow saja boys. Kami tak pernah suka lelaki baru yang tiba-tiba datang dan mengutarakan maksudnya di depan. Mungkin cara kalian berlaku bagi si ekstrovert, tapi kami tak terbiasa blak-blakan. Kami sangat menghargai proses, dan pastikan semuanya berjalan serba pelan-pelan.
Kami seringkali dikenal sebagai tipe yang sukar jatuh cinta, memang begitulah adanya. Walau ada sebagian yang mengaku mudah naksir atau menyukai lawa jenis, tapi jatuh cinta itu perihal berbeda. Tak ada batasan bagi kami perihal sampai kapan kalian menjalani tahapan ‘pertemanan’ dan kapan hubungan ini berlanjut ke jenjang yang lainnya. Ada yang hanya hitungan bulan, ada pula yang menahun. Bergantung kalian, secepat apa kalian membuat kami merasa nyaman dan percaya.
Kalau bingung bagaimana agar kami membuka suara, coba cari tahu apa hobi kami dari teman atau sosial media
“Aku bakal lebih nyaman, kalau dia masuk lewat hobiku sih.” (Kumala, 26)
Naksir sama seseorang yang pendiam itu memang memiliki tantangan tersendiri. Jangankan untuk pendekatan, sekadar mengobrol saja sudah bingung mau tanya apaan. Untuk menyiasati kondisi ini, tolong dong kamu jadi manusia kreatif. Ada kok beberapa cara untuk bisa masuk ke dunia kami dengan mencari bahan obrolan yang kami suka.
Caranya? Biar kami introvert, tapi kami nggak gaptek kok, kami punya beberapa akun sosial media. Jadi, kalau kamu beneran niat, jadilah stalker di media sosial kami. Dari situ bakal ketahuan kok kami sukanya apa. Mulai dari musik, film favorit, sampai bacaan yang sering kami baca. Bisa kamu cari tahu dan sedikit menganalisis lewat postingan di akun medsos kami. Dengan cara ini setidaknya kamu punya bekal kan saat mau mengajak kami berkomunikasi?
Setelah tahu apa yang kami suka, mulailah aktif (jangan agresif) memancing kami agar bicara. Ciptakan beberapa pancingan sederhana, hingga kami nyaman bercerita
“Tanda cewek-cewek introvert sepertiku mulai nyaman ialah ketika kami mulai berani bercerita, apalagi tanpa ditanya.” (Laila, 23)
Percuma abis stalking medsos kalau kamu nggak berusaha ngajak kami bicara bro. Kami memang terkesan sebagai pendengar yang baik. Tapi, dengan begitu bukan berarti kamu akan terus berbicara dan membuat kami hanya mendengar saja kan? Percayalah, sejatinya kami juga ingin aktif berbicara seperti kalian, tapi apa daya belum ada topik yang membuat kami menggebu dan bercerita panjang lebar kemudian.
Kalau kamu serius ingin membawa hubungan ini ke ikatan yang lebih dekat, kamu perlu lebih sensitif untuk tidak mendominasi pembicaraan. Jadi misalnya gini, kamu sudah tahu apa hobi kami, katakanlah membaca buku. Jangan kira kami pun akan serta merta menanggapi. Karena sebelumnya kamu sudah kepo di akun sosmed kami, jangan lupa sampaikan pertanyaan yang memancing tanggapan kami dong. Cara ini dapat menunjukkan bahwa kamu menginginkan komunikasi dua arah yang artinya ada proses dialog di sana, juga menunjukkan kalau kamu tertarik pada isi pikiran ataupun perasaan kami.
Janganlah menyerah menghadapi kami. Membuatmu menjadi pemenang memang nggak gampang, tapi setidaknya buatlah kami terkesan dengan pengorbanan kalian
“Membuatku percaya pada lelaki memang nggak gampang. Tapi aku akan luluh kalau mereka menunjukkan pengorbanan.” (Mahanti, 23)
Seringkali kaum adam berujar, mendekati perempuan yang banyak bicara terasa lebih mudah karena mereka akan suka-suka saja menanggapinya apapun topik yang dibawa. Mereka juga akan terlihat lebih excited. Nah, hal berbeda bisa terjadi saat orang yang kamu dekati masuk golongan orang yang kalau ngomong kayak harus bayar. Kami seringkali dinilai memiliki wajah dan tanggapan yang datar, lebih banyak menjawab dengan senyuman.
Tolong jangan menyerah, karena disinilah level kesabaranmu akan diuji. Tunjukkan keseriusanmu dengan adanya konsistensi. Percayalah, lama-lama kami akan sadar kok kalau kamu memang tak main-main dengan kami. Satu hal lagi, kami juga akan luluh kalau kamu menunjukkan ‘pengorbanan’ tanpa adanya kesan menyombongkan tentunya. Dengan datang saat hari spesial kami misalnya, padahal ada jarak sekian ratus kilometer yang membentang. Atau rela mengantar kami karena menurutmu sudah terlampau malam untuk pulang sendirian.
Seperti yang telah disinggung di awal, kami suka proses pelan tapi mendalam. Tapi juga jangan mengorek privasi kami dengan menghunjam
“Belum apa-apa kok nanya privasi. Seperti soal mantan atau masa lalu gitu. Apalagi kalau belum apa-apa sudah berani kontak fisik, Duh!” (Sherly, 21)
Kami memang suka kalau diberi perhatian, apalagi secara penuh dan intensif. Justru kalau tiba-tiba ada, tiba-tiba menghilang itu malah yang bikin kami bingung, beneran PDKT nggaksih. Pada masa pendekatan, gencar memberi perhatian adalah trik awal yang banyak dilakukan. Siang sampai malam mengirim pesan agar si dia aware dengan keberadaanmu, menanyakan kabarnya secara rutin setiap jam, sampai rajin mengirim kejutan kerap jadi trik yang banyak dijajal.
Tapi sayangnya, cara ini nggak selamanya bisa kamu terapkan pada semua perempuan lho.Bagi kami yang pendiam, perhatian dan kepo berlebihan justru akan membuat risih. Alih-alih merasa diperhatikan, kami malah merasa diinterogasi. Misalnya nih di minggu-minggu pertama kamu whatsapp atau Line hanya dua kali sehari untuk menanyakan kabarnya. Di waktu selanjutnya intensitas berkirim pesan bisa ditambah. Orang pendiam pada umumnya butuh waktu untuk membiasakan diri dengan kedatangan orang baru. Kamu juga yang harus membuat batasan terkait apa-apa saja yang boleh dan tidak untuk ditanyakan pada masa awal perkenalan.
Tunjukkan keseriusan kalian dengan tindakan, karena omongan saja tak akan mempan
“Aku nggak suka cowok menye-menye yang ngomongnya aja gede tapi nggak ada tindakan apa-apa. Aku nggak banyak omong, nggak suka basa-basi, tapi juga nggak suka yang ujug-ujug atau frontal gitu sih,” (Januariska, 24)
Tunjukkan kalau kalian serius tertarik, tapi jangan frontal alias blak-blakan. Misalnya lagi nih,baru sehari dua hari kenal eh langsung ngajak makan atau nonton berdua. Kan ngeri bro.Jangaaaan… Ajak chat dulu, ketemu ya cuma jangan berdua. Kalau justru dia yang ajak temen atau keluarganya, kamu ya mau aja. Sebab, dengan mau berkenalan dengan kawan atau keluarga, kami bisa menganggapmu serius terhadap kami.
Jangan juga sekali-kali kamu memperlakukan kami bak putri raja, anggap kami selayaknya manusia biasa saja. Kamu tak perlu terlalu memaksakan diri untuk selalu bersama, tapi cukup percayakan kami jika kamu selalu ada. Pahamilah hal detail tentang kami, termasuk hal-hal apa saja yang jadi kendala dalam pekerjaan atau kehidupan kami. Sesekali kamu sah-sah saja kok menawarkan bantuanmu.
Tenang saja, kalau kami sudah mulai percaya, kamu bisa segera mengajak kami ke jenjang selanjutnya
“Prosesnya biasanya cukup lama sih. Tanda aku percaya itu dengan aku bisa bercerita apa saja dengan leluasa dan perasaanku setelahnya menjadi lega.” (Priscilla, 25)
Proses lama itu relatif, bergantung kapan kami bisa percaya. Nah, percaya itu berasal dari kapan rasa nyaman sudah kami dapat. Ketika kami sudah berani bercerita apa saja kepadamu, dan setelahnya perasaan kami jadi lega, itu artinya kami percaya. Tenang, ketika kami bercerita, kamu nggak perlu kudu jadi mahluk solutif kok. Asal kamu bisa pegang rahasia, disitulah kami merasa aman dan terjaga.
Tak hanya itu, kami juga akan melihat reaksimu ketika kami bercerita. Apa kamu saja yang menuntut kami terbuka, tapi tidak sebaliknya, atau bagaimana. Kalau kamu pun berangsur terbuka, berarti kan kita sama-sama percaya, dan itu artinya kami juga punya hati kepadamu. Kami siap untuk ke jenjang selanjutnya kok.
Jadi, masih berminat mendekati kami, para instrovert? Selamat berjuang ya, kalian!
0 komentar:
Posting Komentar