Kadang, kita tak bisa memilah lagi. Mana yang pantas bagimu dan bagiku. Mana yang tidak menyakiti. Dimana kita seharusnya berdiri.
Aku, memutuskan. Pergi.
Di mataku, ini bukan soal kepemilikan. Bukan soal kamu menemani siapa makan siang. Bukan juga soal bersama siapa kamu seharian. Semuanya soal keputusan. Ada yang harus berani ambil resiko dan memulai. Dan nampaknya, hatimu terlalu lembut untuk menyakiti. Maka, ijinkan aku mengawali.
Aku punya cara berbeda untuk menyayangimu. Pegang kata-kataku ini. Aku pergi, bukan berarti membenci. Aku cuma mau kamu tahu bagaimana pentingnya aku. Aku cuma mau kamu merasakan dunia tanpa berbagi nafas denganku. Aku ingin memberanikan diri merasakan belantara hidup tanpa lenganmu, melindungiku. Supaya kita sama-sama tahu. Bahagiakah jika kau tak menyandingku? Tangguhkah aku tanpa topanganmu?
Apakah kekitaan yang takut dilepaskan itu,perlu?
Izinkan aku menyayangimu dengan caraku sendiri. Aku tidak akan banyak bertanya kamu sedang apa dan sedang bersama siapa. Tak akan rewel kuminta kau menemaniku makan, atau berjalan-jalan. Akan kubuktikan aku sanggup menghadapi masa berat sendirian. Mencintaimu, berarti menangguhkan diri. Aku ingin jadi wanita yang menguatkan. Bukan membuka lubang kelemahan.
Mencintaimu dengan berbeda, bukan berarti tidak mencintaimu sama sekali. Saat kau butuh teman diskusi, waktuku sudah pasti kau miliki. Aku tak pernah jauh, hanya sedikit menyingkir demi menjaga hati. Perhatianku jelas berjeda, tapi berarti.
Kasih sayangku pendiam, tak perlu diteriakkan lantang. Jika terlalu keras cintaku kusuarakan, justru nanti kau sakit telinga.
Dan bukankah sesuatu yang tenang dan tak lantang biasanya tak kunjung reda?
Tabik,
Yang meninggalkanmu karena sungguh mencintaimu
0 komentar:
Posting Komentar