“Zaman sekarang susah cari cewek perawan”
Kredo macam itu kerap terdengar di sela-sela obrolan angkringan atau di kantin kampus selepas kuliah. Entah mengapa, pernyataan macam itu berbau maskulinitas dan kerap diucapkan oleh kaum adam. Kalau sudah begitu terus apa yang harus dilakukan? Kita tak bisa tinggal pada satu pernyataan tanpa melihat kelanjutannya.
Memang, sepertinya ada harapan dari kaum adam yang sedikit kurang ajar. Kaum ini menginginkan pengalaman seks pra-nikah, namun juga mendapatkan istri perawan. Hebat juga ya? Sedikit egois memang. Namun, tidak juga semuanya demikian. Ada yang memiliki pendapat berbeda soal keperawanan dan patut diperhatikan sebagai sudut pandang alternatif. Kali ini , Hipwee bertanya pada beberapa cowok untukmengulas keperawanan dari sudut pandang mereka. Semoga mampu meluaskan cakrawala sikap dan pengetahuan, supaya tak mudah marah dan menghakimi tanpa dasar nurani yang mumpuni.
1. Dangkal sekali jika keutuhan hanya dilihat dari keperawanan. Masih banyak hal yang harus diperhatikan
Lihat aku secara keseluruhan baru boleh menilai via
favim.com
“Susah juga sih ya, cuma ya gimana lagi. Kita gak bisa judge orang cuma dari satu sudut pandang aja dong. Masalahnya kan utuh gak utuh. Nah, namanya juga utuh, harus dilihat dari semuanya dong. Sikap, sopan santun, ramah tamah. Percuma juga masih perawan tapi suka main kekerasan”
Adit 23 tahun
Kadang, kita kerap menghakimi satu orang hanya dari satu kesalahannya. Ini juga terbawa-bawa ketika membicarakan soal keperawanan. Hanya gara-gara tidak perawan, kita menuduhnya begitu saja sebagai makhluk yang tak utuh. Padahal mungkin ada sejuta kebaikan yang menyelinap dalam karakternya yang paling murni.
2. “Ini bukan wawancara kerja. Kalau ada yang nggak pas, selama cinta, harusnya move on ke level selanjutnya…”
“Manusia tu kerap terjebak di kadar kepantasan. Ukuran-ukuran yang sebenarnya semu. Cinta kan kompleks, harusnya ada banyak pertimbangan dan levelnya. Nah mungkin selama ini, level satu ada di persoalan perawan enggak perawan. Tapi ini kan bukan soal wawancara kerja, gagal di pertanyaan awal, bakal bubar di pertanyaan berikutnya.”
Adi 24 tahun
Level itulah yang dibuat-buat oleh manusia untuk mengukur dan menilai orang. Kebanyakan berpikiran untuk menaruh perawan sebagai prioritas mencari pasangan. Dengan ini, akan ada prestise bahwa kadar cinta akan semakin tinggi ketika berpasangan dengan perempuan yang masih perawan. Padahal, itu semua semu dan cenderung dibutakan oleh pandangan umum. Cobalah melihat lebih adil. Katanya mau menerima apa adanya?
3. Utuh dan tidak utuh itu relatif. Perempuan bukan guci. Mereka tidak layak diukur lewat retak atau tidaknya diri
“Pastinya ada rasa kecewa juga ya. Gak normal dong kalau Gak kecewa. Tapi kalau mau dilihat lagi, ya dia tetap istimewa dan spesial. Sempurna dalam ketidaksempurnaan. Gimana? Paham gak? Haha. Pokoknya gitu.
Freddy 23 tahun
Kekecewaan adalah hal yang wajar karena kita masih memiliki harapan akan keutuhan. Nah, perkaranya adalah makna keutuhan yang sungguh sangat relatif. Selama ini , keutuhan dipandang sebagai perkara fisik semata. Padahal, jika melihat lebih dalam, tetap ada sesuatu yang spesial dalam setiap manusia. Termasuk wanita.
4. “Kadang kita terlalu repot memindai. Padahal dia punya banyak kebaikan yang tidak ternilai…”
“Sekarang aku tanya : robin hood itu baik atau jahat? Bingung kan? Nah, kita ini sering banget dipermainkan sama yang beginian. Termauk keperawanan. Tenanglah.. dia masih punya sejuta kebaikan. Kitanya aja yang kadang dibutakan sama nafsu”
Rizal 23 tahun
Ya mungkin kita kerap mengaitkan keperawanan dengan kenakalan. Namun sebenarnya, keperawanan adalah soal keputusan. Kalau dia sudah tidak perawan dan percaya diri aja menghadapi segala konsekuensinya, ya berarti dia memang sudah siap. Perempuan begini yang sebetulnya tanggungjawab dan tetap merasa utuh bersama sejarahnya. Dia yakin bahwa dirinya masih mampu menawarkan sejuta kebaikan untuk menangkal anggapan nakal.
5. “Baik atau tidaknya dia itu urusan yang Punya Hidup. Bukan urusan kita.”
“Keperawanan itu mahkota perempuan. Tapi kita juga gak boleh asal-asalan. Ini bukan soal Ratu yang bukan lagi Ratu setelah dicopot mahkotanya. Ratu adalah jabatan kemanusiaan. Sedangkan perempuan adalah kodrat, yang pertanggungjawabannya ke Yang Maha Kuasa. Kotor tidaknya, itu urusan Yang Punya Hidup, bukan urusan kita”
Novian 23 Tahun
Manusia adalah makhluk yang pandai menilai. Hanya karena tidak perawan, lalu kita merasa berhak untuk mengatakannya sudah tidak bersih. Apa dasarnya? Kenapa begitu? Hanya karena seks bebas adalah lambang kenakalan? Ya, kalau memang nakal, belum tentu juga kotor. Penilaian tersebut sangatlah kasar dan tidak menghargai nilai kemanusiaan.
6. “Sebenarnya ini sederhana. Kalau cinta, masa lalunya tidak akan berarti apa-apa.”
“Woy, ini sederhana lho sebenarnya. Kita tinggal menerima apa yang ada, dan mengampuni masa lalunya. Memang butuh perenungan yang panjang, tapi sebenarnya sesimple itu. Enggak usah berat-berat, dia udah bekaslah, apalah, segala macem.”
Martin 23 Tahun
Segala pikiran dan stigma akan berujung pada hal-hal sederhana. Jika memang mencintainya, maka kita akan menerimanya apapun yang terjadi padanya. Namun, ada yang perlu diselidiki jika kita menuntut macam-macam pada kekasih. Pastinya akan ada yang menjawab bahwa kita sebagai pasangan patut menuntut untuk kebaikan bersama. Agaknya, itu pandangan kuno. Yang ada hanyalah dialog dua arah, bukan tuntutan dengan marah-marah. Jika mencintai dengan sungguh-sungguh, maka tuntutan akan menjadi hal minor.
7. Kalau kita minta cewek perawan, kenapa cewek nggak boleh menuntut cowok harus perjaka?
“Tunggu dulu, kenapa kita semua jarang menuntut keperjakaan pria? Jawabannya ya mungkin karna itu gak biasa kita lakukan dan perempuan yang cenderung jadi korban. Coba deh lihat lagi, kenapa laki-laki jarang dipermasalahkan?”
Alex 23 Tahun
Betul juga. Pernah enggak kita bertanya soal keperjakaan? Sepertinya, seks bebas adalah kewajaran untuk pria dan keburukan untuk perempuan. Ada ketidakadilan dalam pandangan seperti ini. Dan tentunya ada masalah juga di dalamnya. Kita terus memandang rendah perempuan dan meninggikan kelaki-lakian. Mungkin sulit diterima, tapi kenapa kita harus mempertanyakan keperawanan kalau tak pernah mengungkit keperjakaan?
Bicara soal perawan atau tidak perawan memang tak ada habisnya. Namun semoga beberapa pandangan cowok Indonesia ini bisa membuka mata, soal bagaimana anak muda sekarang memandang isu yang selalu hangat dalam perbincangan kita.