Hidup seringkali menghadapkan kita pada berbagai pilihan, termasuk soal cinta dan perkara menentukan pasangan. Kadang, punya kekasih yang selalu bisa diajak berbagi memang menyenangkan. Namun, memilih hidup sendiri tanpa belahan hati tak jarang justru lebih menenangkan.
Tak salah jika sampai hari ini kamu masih merasa nyaman sendiri. Tapi, bukankah hidup akan lebih berarti saat kamu punya seseorang yang bisa dikasihi? Tidakkah akan lebih bahagia jika ada pasangan yang merelakan pundaknya untukmu bersandar di akhir hari?
Menikmati kesendirian adalah hak pribadi. Punya pasangan bukan berarti kamu tak boleh bersenang-senang dengan dirimu sendiri.
Ingin sendiri bukanlah kemauan yang tak wajar. Justru kamu berhak melakukan segala hal yang kamu inginkan, termasuk memilih untuk sendiri. Baca buku, jogging pagi, nonton film, pergi ke supermarket; banyak hal yang menurutmu mungkin lebih menyenangkan jika dikerjakan sendirian – tanpa teman atau pasangan. Kamu pun merasa bahwa kesendirian membuat fokusmu lebih maksimal ketika mengerjakan tugas-tugas kuliah atau tanggung jawab pekerjaan.
Tapi, selain berhak hidup sendiri, bukankah kamu juga layak punya belahan hati? Seseorang yang bisa menggenapkanmu. Tempatmu berbagi segala hal yang memang layak dibagi; perhatian, kasih sayang, dan cinta yang ada dalam hati. Ragam perasaan yang pasti akan lebih membahagiakan jika dibagi berdua, tak kamu nikmati sendiri saja. Dan sekalipun kamu punya pasangan, bukankah kamu pasti masih bisa punya waktu untuk sendirian?
Memilih pasangan jelas butuh banyak pertimbangan. Tapi, rasa nyaman dan kecocokan pun akan datang seiring waktu berjalan.
Punya banyak pertimbangan saat menentukan pasangan memang bukan sikap yang keliru. Kamu berhak punya kriteria pendamping idaman atau berhati-hati ketika menjatuhkan pilihan. Keinginanmu adalah mendapatkan pasangan yang bisa memberimu rasa nyaman. Dia yang punya banyak kecocokan denganmu, sehingga kelak kalian tak akan sering berselisih paham atau berseteru.
Sayangnya, sikap yang terlalu pemilih bisa jadi menjerumuskanmu. Kamu berubah menjadi sangat selektif dalam menentukan pasangan. Rasa cinta yang begitu besar pada diri sendiri membuatmu merasa berhak mendapat yang terbaik. Kamu lupa bahwa pasangan atau hubungan yang sempurna bisa didapat lewat proses, mulai dari perkenalan hingga akhirnya nyaman menjalin hubungan.
Kegagalan tak harus dirisaukan, kemauan untuk memantaskan diri memungkinkanmu bertemu pasangan yang sepadan.
Kegagalan bisa jadi salah satu yang memberatkan langkahmu untuk menjalin hubungan dengan seseorang. Kamu takut salah memilih, takut disakiti, atau takut merasakan pahitnya patah hati. Ketidakpastian dalam hubungan cinta semakin membuatmu ketakutan dan enggan mencoba.
Tapi, bukankah menemukan pasangan yang sepadan juga bukan hal yang mustahil? Mendapatkan pasangan yang akan membalas cintamu dengan sama besarnya pun mungkin saja. Kadang, kamu memang tak perlu merisaukan apa yang belum pasti terjadi. Tenaga, waktu, dan pikiran hanya perlu difokuskan untuk memperbaiki diri. Berusaha memantaskan diri demi dapat pasangan yang sepadan.
Tuhan mungkin akan mengantarkan jodohmu dengan cara yang gila. Buka dirimu seluas-luasnya, biarkan cinta datang dan membuatmu bahagia.
Tanyakan dalam hati, apakah selama ini kamu memang terlalu menutup diri? Bukankah sebenarnya banyak teman atau kenalan yang mencoba mendekatimu? Mereka yang berharap mendapat perhatian darimu dan dapat tempat spesial di dalam hatimu.
Mungkin, selama ini kamu sudah membangun tembok yang tinggi demi membentengi mereka yang datang dan ingin menyatakan isi hati. Padahal, Tuhan jelas-jelas menjadikan jodoh sebagai salah satu perkara yang paling rahasia. Kamu tak pernah tahu siapa, kapan, dan darimana jodohmu akan datang. Dan ketika jodoh masih jadi teka-teki, tak ada salahnya membuka diri atas segala kemungkinan yang bisa terjadi.
Memulai sebuah hubungan adalah momen paling menyenangkan. Beruntung kamu bisa merasakan cinta yang menggebu sekaligus memabukkan.
Senyaman apapun kesendirianmu sekarang, cobalah sejenak meremang. Mengenang masa lalu ketika cinta pernah datang layaknya candu yang begitu memabukkan. Dulu, kamu mungkin pernah menjalin hubungan dengan seseorang yang mampu menjadikanmu tergila-gila. Masa-masa di awal pacaran yang membuatmu merasa jadi orang paling bahagia di dunia. Serasa tak butuh apa-apa, selain pasangan dan cinta yang kalian punya.
Tidakkah ingatan tentang masa lalu mengubah keyakinanmu? Tak inginkah kamu kembali ke masa-masa yang paling membahagiakan itu? Cinta memang punya daya yang maha luar biasa. Ketika cinta datang dan dijalani dengan cara yang benar, ia bisa membuatmu jadi manusia paling semangat dan bahagia menjalani hidupnya.
Punya pasangan dan menjalin ikatan cinta tak akan jadi bencana, selama perasaan dan logika diberi porsi yang sama besarnya.
Kamu pernah punya pengalaman itu, jadi pecinta “gila” yang mencintai pasangannya dengan menggebu-gebu. Namun ketika akhirnya hubungan itu gagal, kamu pun merasa jadi orang paling sial. Menganggap dirimu bodoh lalu menyalahkan cinta yang pernah kamu rasakan.
Tapi, bukankah cinta seharusnya tak pernah salah? Cinta adalah perasaan paling suci dan alami yang dihadiahkan oleh Tuhan kepada manusia. Cinta itu sepatutnya membahagiakan, bukan malah membuat hidupmu berantakan. Cinta memang tak bisa dicerapi mentah-mentah. Sebagai penyeimbang, perasaan cinta pun harus berkompromi dengan logika agar kamu tetap waras menjalaninya.
Menjalin hubungan bukanlah cara bahagia yang paling instan. Punya pasangan justru membuat mengerti makna pengorbanan dan perjuangan.
Keliru memang, jika menganggap bahwa punya pasangan adalah cara bahagia yang paling instan. Alih-alih bahagia, cinta seringkali menawarkan duka dan air mata. Pasalnya, menyatukan dua manusia bukanlah perkara yang mudah. Pasti akan ada perbedaan atau masalah yang membuat kamu dan pasanganmu merasa lebih baik menyerah daripada berjuang.
Namun, inilah arti cinta yang sebenarnya. Mencintai berarti mau berjuang dan berusaha menghadapi saat-saat tersulit. Jika kamu dan pasanganmu mengaku saling mencintai, maka kalian akan berusaha mempertahankan hubungan meski sesulit apapun kondisi yang dihadapi.
Memilih sendiri atau punya pasangan, aaat ini kamulah yang berhak menentukan. Tapi, manusia diciptakan berpasangan, cepat atau lambat kamu pun akan bertemu dia yang sudah tertakdirkan.
Tak apa jika saat ini kamu masih memilih hidup sendiri. Menikmati waktu dan sibuk dengan duniamu sendiri. Merasa sudah cukup bahagia sehingga tak mau buru-buru mencari pasangan atau bahkan menjalani pernikahan. Sekarang, kamu berhak menjalani apa yang memang membuatmu merasa nyaman.
Seiring waktu berjalan, kelak kamu pun akan sampai pada satu titik kedewasaan. Menyadari bahwa tak selamanya manusia bisa hidup sendiri tanpa pasangan. Kamu butuh seseorang yang akan jadi teman hidup dan pendamping di masa depan. Seseorang yang memang sudah digariskan Tuhan. Dia yang akan menua bersamamu hingga ajal datang dan memisahkan kalian.
Untukmu yang masih nyaman hidup sendiri, semoga segera datang seseorang yang bisa membuatmu berpikir lagi. Bahwa punya pasangan atau belahan hati akan membuat hidup terasa lebih indah dijalani.
0 komentar:
Posting Komentar