Perempuan itu memang emosional. Namun berdasarkan sebuah studi, ternyata laki-laki itu lebih emosional daripada perempuan. Hanya saja, laki-laki lebih mahir atau terbiasa untuk menyembunyikan perasaan mereka.
Ini menarik karena kata stereotip jadi tak terbukti. Stereotip yang mana? Yang bilang bahwa cowok memang kuat dan tak mudah terbawa perasaan karena lebih banyak menggunakan logika, sementara cewek gampang baper karena lebih pakai hati.
Menariknya lagi adalah kenapa kamu para cowok sampai merasa harus menyembunyikan perasaanmu dan tidak menunjukkan emosi. Kenapa bisa sampai demikian, sih?
Kalau kamu laki-laki, dari kecil kamu pasti sering mendengar; “Cowok nggak boleh nangis. Cowok harus kuat.” Kebiasaan inilah yang akhirnya membuatmu jadi merasa harus memendam emosi.
Pasti banyak kalian para lelaki yang sering mendapat perlakuan demikian. Stereotip bahwa laki-laki itu kuat dan tidak mudah menangis akan membuat laki-laki yang memang memiliki jiwa sensitif menjadi bahan ledekan di sekitarnya. Padahal tidak ada yang salah dengan mengungkapkan perasaan, termasuk ketika seorang anak cowok menangis.
Cowok dipaksa menekan perasaannya karena kita selalu menganggap jiwa sensitif sebagai jiwa yang lemah. Padahal kenyataannya pun nggak begitu. Memiliki perasaan yang peka, merasakan hal-hal yang tidak dirasakan orang pada umumnya, lebih banyak mengerti keadaan sekitar, adalah sebuah kekuatan, sebuah anugerah — bukan sesuatu yang harus disembunyikan atau membuatmu merasa malu.
Cowok juga dididik dari kecil buat jadi tulang punggung dan kepala keluarga. Akhirnya, ini membuat ego banyak lelaki menjadi lebih besar daripada perempuan.
Terlepas dari kodrat, para cowok memang “dimudahkan” oleh budaya kita untuk punya ego yang lebih besar daripada perempuan. Sejak kecil, mereka diberi posisi dan ekspektasi untuk menjadi pemimpin. Para lelakilah yang ada di “depan”, dan perempuan di “belakang”. Wajarlah jika para cowok jadi sering gengsian.
Padahal ini sebenarnya adalah beban bagi laki-laki. Mereka lebih mudah merasa gagal dan tak bisa menjadi pemimpin yang baik dalam hidup mereka. Laki-laki sulung yang menjadi harapan keluarga juga seringkali mengalami beban mental karena beratnya tanggung jawab yang ia bawa. Padahal, ia sendiri terlalu ‘gengsi’ untuk sekedar curhat kepada teman sekamar atau sahabatnya. Tak jarang ego lelaki yang lebih besar daripada perempuan membuat mereka merasa ‘mampu’ melakukan apapun, termasuk kekerasan. Inilah sebab mengapa kasus kriminal atau KDRT lebih didominasi oleh laki-laki sebagai pelaku, meskipun ada juga yang dilakukan oleh perempuan. Mereka mengungkapkan perasaan dengan cara yang salah dan mereka berpikir bahwa perempuan adalah sosok yang lemah dan tidak mendominasi.
Laki-laki sering bilang mereka baik-baik saja, bahkan walau hati sedang sedih-sedihnya. Padahal tidak seharusnya seorang laki-laki menahan perasaannya terlalu lama, bagaimanapun ia juga manusia biasa.
Untuk sekian tahun lamanya, pandangan masyarakat terhadap laki-laki adalah heartless, tidak pernah mengerti perempuan, dan brengsek. Banyak perempuan masih menggunakan alasan-alasan seperti ini untuk beradu argumen dengan laki-laki.
Padahal kenyataannya, laki-laki tidak demikian adanya. Laki-laki tetaplah sosok yang memiliki hati dan dapat terluka jika disakiti. Namun laki-laki diajarkan bahwa sekumpulan emosi itu adalah tanda kelemahan sementara para perempuan diajarkan sebaliknya. Dan laki-laki akan menganggap bahwa perempuan itu lemah karena mereka emosional dan para perempuan akan marah jika mereka dianggap lemah karena terlalu sering menunjukkan apa yang mereka rasa. Jadi apa pilihanmu?
Pada akhirnya, penerimaan yang bijaksana menjadi salah satu jalan keluar. Jangan mengatakan seorang laki-laki lemah hanya karena ia pernah menangis di hadapanmu. Perlu nyali yang besar bagi seorang laki-laki untuk meneteskan air mata di depan seseorang.
Laki-laki lebih mampu bereaksi terhadap hal-hal sentimental dan emosional ketika mereka sedang merasakannya daripada perempuan. Meskipun begitu, mereka tidak diajarkan sejak kecil untuk mengelola emosi mereka yang kaya itu secara baik. Karena itulah mereka memiliki sedikit kesulitan dalam memproses segala perasaan yang mereka punya.
Kita bisa memperbaiki ini, lho. Baik kamu laki-laki maupun perempuan, kita harus menerima mulai sekarang bahwa laki-laki tetaplah manusia biasa yang bisa menangis jika bersedih dan tertawa jika bahagia. Jangan bebani mereka dengan anggapaan bahwa laki-laki tidak boleh terlihat lemah di hadapan semua orang.
Sekumpulan perasaan atau emosi ini tidak perlu ditahan. Meski mereka tidak butuh untuk ditunjukkan pada setiap orang dan setiap saat — namun tetap saja emosi adalah perasaan yang harus dimengerti dan diterima karena tidak ada yang salah dengan itu.
Dengan mengerti bagaimana laki-laki dan perempuan berbeda akan memberi sedikit empati ketika masalah emosional muncul. Dan dengan mengerti satu sama lain adalah satu langkah besar ketika menciptakan dan membangun sebuah hubungan yang sehat secara emosional. Karena laki-laki juga memiliki perasaan yang sama seperti perempuan pada umumnya, hanya saja mereka lebih pandai menyembunyikannya dengan menyamarkannya di depanmu.
0 komentar:
Posting Komentar