Setiap orang pasti memiliki cita-cita yang selalu didoakan dan diupayakan. Selalu berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Tak salah memang. Justru, kamu akan menjadi orang yang paling naif ketika menginginkan sesuatu, tanpa pernah berusaha untuk mewujudkannya. Sebagai makhluk yang diberikan akal, orang manapun akan selalu bersusah payah demi cita-citanya. Tapi, ketika dalam suatu waktu, kamu dihadapkan pada kegagalan dalam usahamu, jangan pernah berpikir untuk terus berjalan sesuai nafsumu. Itu hanya akan memperburuk semua kerja kerasmu, membuang-buang waktu, dan menyia-nyiakan tenagamu. Jadilah orang yang tahu kapan kamu harus berhenti, istirahat, dan terus berjalan.
Pada saat itu juga, sudah saatnya kamu beristirahat atau bahkan jalan satu langkah ke belakang. Mungkin keputusan ‘menyerah’ ini terlihat bodoh, tapi nyatanya banyak manfaat yang bisa kamu dapatkan.
Dengan momen ini, kamu bisa mengevaluasi dan mengintrospeksi diri. Memetakan letak kesalahanmu selama ini
Dengan kamu melangkahkan kakimu setapak ke belakang, kamu bisa memfokuskan pikiranmu pada hasil kerja kerasmu selama ini, bukan pada bagaimana kamu harus melangkah selanjutnya. Pada saat inilah kesabaran dan kerendahdirianmu harus ditempa kembali. Sudah saatnya kamu mengevaluasi dan introspeksi diri; apakah ada yang salah dengan langkah yang telah kamu ambil?
Setiap kegiatan atau usaha yang telah kamu lakukan sebelumnya, pasti selalu membutuhkan evaluasi. Apakah yang kamu lakukan waktu lalu kurang tepat, merugikan orang lain, atau malah bikin dirimu tak berkembang? Mungkin selama kamu berusaha mewujudkan mimpimu, semua bentuk introspeksi diri semacam ini sering luput dari daftar list-to-do-mu. Padahal, evaluasi dan introspeksi diri itu akan membantumu semakin berkembang di kemudian hari.
Jadikan langkah ini sebagai momen untuk mematangkan langkah kembali dan mengatur ulang strategi
Dengan beristirahat sejenak dari pengejaran cita-citamu, satu langkah ke belakang bisa memberimu kesempatan untuk menyimpulkan bagaimana langkah yang akan kamu layangkan di kemudian hari. Mungkin ini bisa dibilang sebuah tindakan menyerah, tapi ini tidak salah kok. Sebuah bendera putih yang kamu layangkan tak selalu akan membawamu pada kekalahan. Justru, momen ini harus kamu jadikan sebuah batu loncatan. Sebab kamu bisa mematangkan kembali langkahmu dan mengatur ulang strategi yang akan kamu pakai untuk mengejar cita-citamu. Bukankah segala sesuatu membutuhkan strategi yang matang untuk memenangkan pertandingan ?
Kamu adalah supir bagi dirimu sendiri. Kamu bisa menentukan kapan harus berhenti dan mengganti sasaran tembakmu
Setelah kamu mengevaluasi dan introspeksi diri, dan mungkin ada yang keliru dengan langkahmu, kamu bisa menentukan ke mana kakimu harus melangkah. Kalaupun langkahmu itu merupakan sebuah kesalahan, kamu bisa mengganti sasaranmu saat itu juga. Jangan paksakan untuk terus melangkah ketika kamu tahu jalan yang kamu pilih itu tidak sesuai dengan tujuanmu atau sasaranmu. Inilah waktu yang tepat untuk berubah haluan. Kamu adalah supir bagi dirimu sendiri, bukan? Jadilah kamu yang menentukan ke mana dirimu akan kamu setir.
Karena tak pernah menyerah merupakan sebuah keangkuhan bagi manusia manapun. Merasa selalu bisa?
Ya, tidak ada yang salah dengan kata menyerah. Setiap orang pasti (harus) pernah melakukan hal itu. Sebab mereka tahu, jalan yang mereka pilih itu tidak tepat atau salah. Kalau kamu sudah tahu bahwa jalan itu salah dan kamu terus melangkah, merugilah kamu di kemudian hari. Karena tak pernah menyerah merupakan sebuah keangkuhan. Jangan pernah selalu merasa bisa, jadilah orang yang selalu bisa merasa.
Jadi, tak ada yang salah dengan memilih satu langkah ke belakang daripada terus berjalan tanpa tahu diri, tanpa tahu di depan rintangan apa yang akan menghadang. Sedikit beristirahat dari pengejaran cita-cita, akan memberimu banyak manfaat.
0 komentar:
Posting Komentar